Senin, 02 September 2013

Bola Tenis dan Bola Kaca

Setiap manusia memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda. Tidak ada satu pun manusia yang memiliki sifat dan karakter yang sama persis dengan yang lainnya. Bahkan, orang yang memiliki saudara kembar pun, semirip apa pun mereka, pasti memiliki perbedaan dengan saudaranya tersebut. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor. Didikan orang tua, lingkungan tempat tinggal, sekolah, pergaulan, semua memiliki andil dalam pembentukan karakter dari setiap masing-masing individu.Ada bermacam-macam sifat dan karakter manusia. Dan dalam artikel saya kali ini, saya membaginya dalam dua kelompok: Bola Tenis dan Bola Kaca.

Beberapa orang memiliki karakter seperti bola tenis. Bola tenis? Ya. Apa yang akan terjadi kalau bola tenis kita banting? Yo mantul. Bola tenis, kalau dibanting, bakalan mantul ke atas. Semakin keras kita banting bola tenis itu, semakin besar kemungkinannya ia akan terbang semakin tinggi. Betul? Orang dengan karakter seperti ini, harus "dibanting" dulu biar bisa terbang tinggi. Mereka harus ditempa dengan cara keras. "Dibanting", dimarahin, diomelin, ditekan, baru mereka bisa terlecut terbang ke atas. Bahkan ada yang harus dicaci-maki dulu, baru terlecut!

Nah, kalau bola kaca? Bola kaca dibanting, ya retak. bahkan bisa pecah! Orang-orang dengan karakter bola kaca ini tidak bisa "dibanting". Kalau ada tekanan, omelan, bahkan cacian, mereka bukannya terlecut, tapi justru jadi down. Menghadapi orang seperti ini harus dengan cara lain, dengan pendekatan yang berbeda. Mereka lebih senang untuk diberikan motivasi, daripada ditekan. Ibarat bola kaca, mereka harus dipoles, dilapin teruuss, dirawat, diperhatikan terus agar bisa terlihat mengkilat. Orang-orang dengan karakter ini harus didekati dengan penuh kelembutan, kasih sayang, dan diberikan motivasi. Dengan pendekatan yang benar, mereka akan mampu terlihat "mengkilat", akan mampu memancarkan sinarnya. Mungkin mereka tidak terbang setinggi bola tenis. Tapi, jika mereka sudah mampu mengeluarkan cahayanya, dari titik terbawah, dari titik terendah sekali pun, cahaya itu akan tetap terlihat.

Bola tenis pun demikian. Mereka harus "dibanting" biar bisa terbang tinggi. Kalau mereka dipoles, dirawat seperti bola kaca? Namanya juga bola tenis, mau dipoles kayak apa juga ya ndak bakalan mengkilat, tetep aja burik! Hehehe..

Jangan pernah me-general-isir sesuatu. Jangan menyamaratakan orang. Semua punya porsi dan tempat masing-masing. Kenali orang-orang sekitar anda. Teman, kerabat, saudara, anak, siapa pun. Bantu mereka untuk menjadi diri mereka sendiri, dengan cara yang benar, dengan pendekatan yang tepat :)

Kamis, 20 Juni 2013

Manusia dan Tuhan Sebagai Kambing Hitam


Catatan ini saya buat setelah berbincang-bincang dengan kerabat saya beberapa waktu lalu. Manusia terkesan sering kali “mengambinghitamkan” Tuhan. Hah? Maksudnya? Begini..

Dalam setiap kegagalan yang dialaminya, manusia sering kali bekata, "mau bagaimana lagi jika Tuhan belum mengijinkan?". Terkesan seperti "mengambinghitamkan" Tuhan. Bagaimana Tidak? Kalimat tersebut seolah-olah menyatakan bahwa, yang menentukan nasib manusia itu semata-mata adalah Tuhan. Hanya Tuhan! Padahal, jelas tidak seperti itu.

Pada hakikatnya, manusia diharuskan untuk  memilih, ingin seperti apa hidup mereka: orang sukses atau orang gagal. Intinya, dalam semua kegiatan yang dilakukan manusia, sebenarnya yang menetukan hasilnya akan seperti apa adalah manusia itu sendiri. Memang benar, semua atas kehendak Tuhan. Tetapi, Tuhan hanya ibarat guru/dosen di bidang pendidikan. Tuhan hanya memberikan penilaian, sebagaimana guru, terhadap kinerja yang sudah kita kerjakan. Jika kita mengerjakan tugas dengan baik dan benar, pasti kita akan mendapatkan nilai yang baik pula, bukan? Begitu juga dengan Tuhan. Tuhan memberikan tugas kepada kita, bahwa kita diwajibkan menjalankan kehidupan kita sebaik-baiknya. Dan Tuhan akan memberikan ganjaran yang setimpal dengan apa yang telah dilakukan oleh manusia tersebut. Jika manusia sudah berusaha maksimal, Tuhan pun akan memberikan hasil yang setimpal pula. Ya tho? Tuhan akan memberikan (semacam) penghargaan, seperti sebuah "kesuksesan" kepada mereka-mereka yang sudah berusaha maksimal. Kalau usaha kita belum maksimal? Tuhan pun akan memberikan ganjaran yg sama pula. Karena, Tuhan menciptakan segala sesuatu dan menjalankan sesuatu secara alami, agar manusia yang berusaha sendiri. Manusia sendiri yang akan menentukan, jalan mana yang mereka pilih.

Fungsi Ibadah
Fungsi ibadah kita kepada Tuhan adalah untuk membantu kita dalam menjalankan kehidupan. Semakin sering kita beribadah, Tuhan akan semakin sering pula membantu kita, memberikan petunjuk kepada kita. Misalkan, "itu, disitu loh, pintu rezekinya.." Jadi, ibadah pun bukan semata-mata lantas kita akan mendapatkan kesuksesan tanpa usaha lagi. Nilai-nilai dari ibadah itu ibarat nilai tugas tambahan yang dapat digunakan untuk membantu nilai-nilai utama kita yang masih kurang. Begitu pula dengan ibadah.

Inti dari catatan ini adalah untuk menyadarkan kita, untuk tidak terus-menerus mengambinghitamkan Tuhan. Kegagalan yang kita peroleh bukan semata-mata kehendak Tuhan, tapi itu semua adalah akumulasi dari apa yan udah kita lakukan.

Berhenti mencari kambing hitam, berhenti mencari biang kegagalan. Karena kegagalan dan juga kesuksesan, kita sendiri yang menentukan. Memang, hasil akhir atau takdir, tetap Tuhan yang menentukan. Tetapi, semua itu sudah diatur sedemikian rupa oleh Tuhan, agar berjalan secara alami, dan kita sendiri yang menentukan hasilnya... :))

Rabu, 19 Juni 2013

JUNGLISH


JUNGLISH (JUNGLE ENGLISH)
What is Junglish? Jungle English..like one mentioned below:

Javelish.. The typical Javanese language: 'lho', 'lha', 'tho', 'kok', 'ki', etc
-Lho, I already bought that book !
-Kok, buying again ?
-I told you many times 'tho' !
-Lha, I didn't know ... how ki !?
-Don't be like that, no....!?

Jakartenglish ? Jakarte English is marked by the 'sih', 'deh', 'dong', 'nih', etc
-That book is very good, deh.
-Can you speak english?.. yeah a little sih I can!
-Use my money first nih..
-Give me more dong..
-How sih? Little little angry..

Surobenglish? Suroboyo English is marked by 'tah'
-Do you feel sick, tah ?

Other exclamation words of Java : 'wo_', 'wah', 'wé_', 'jian', and 'jé_'
-Wé_ lha this book is mine jé...!
-Wo_, only like that tho!
-Wah, expensive, tho?
-Jian, Paijem is so beautiful tenan.

Sundanglish is also available such as 'atuh', 'euy', 'mah'
-Well, if that kind, it pretty so-so atuh
-It can't be that way euy..
-I am mah, not like that... anything else ?

There are also abundant 'sound effect' in Javanesse language.
-Suddenly, mak bedhengus den Tukiman appeared
-My head feels pain, mak cleng!
-Mak tlepok, I got a mango!
-My chicken is suddenly died, mak cekengkeng
-Mak gedebug, Kampreté fell down. ‎

Iblis Lebih Mulia dari Manusia?

Beberapa waktu lalu, ketika saya tengah berdiskusi bersama kakak saya, tiba-tiba ada sebuah gagasan yang kurang-lebih bunyinya seperti ini, "setujukah jika iblis dinilai lebih mulia dari manusia?" itu mungkin hanya sebuah argumen. Tetapi, pasti ada hal yang menyebabkan terciptanya gagasan tersebut. So? Coba baca ini ;)

Semua pasti tahu bagaimana awal mulanya Allah menciptakan manusia. Dan saat Allah menciptakan manusia pertama, yaitu Nabi Adam, Allah mengumpulkan para malaikat dan iblis pada saat itu dan diperintahkan-Nya untuk menyembah Nabi Adam. Namun, apa yang dilakukan oleh Iblis? Ia menolak karena merasa dirinya lebih mulia karena ia diciptakan dari api, sedangkan Nabi Adam dari tanah. Seketika itu juga Allah mengusir Iblis dari Surga ke Neraka. Apakah Iblis mengeluh? Di luar umpatannya kepada Nabi Adam dan janjinya untuk terus menganggu anak cucu adam, Iblis menerima hukuman dari Allah tersebut tanpa mengeluh.
Bagaimana dengan manusia? Saat kita mendapatkan ujian ataupun cobaan, kita pasti sering kali ngeluh. Cuma dikasih tugas dari guru/dosen melebihi kadar dari biasanya, pasti kita udah ngeluh. Itu baru segelintir contoh.

Contoh berikutnya. Apa kalian pernah mendengar, ada setan yang nyembah manusia? Kepada siapakah mereka berdoa (atau sekedar minta restu, jika tidak boleh dibilang berdoa) sebelum melakukan sesuatu? Allah. Manusia? Masih banyak diantara kita yang terkadang lupa untuk berdoa (saya pun begitu). Dan banyak orang yang percaya terhadap dukun-dukun yang meminta bantuan setan dengan cara memberi pesugihan atau sejenisnya. Ada yang berpikir begini, “setan kan memang tugasnya menggoda manusia” Nah! Itu tugas setan, bukan? Apa tugasnya setan? Menggoda manusia. Yap! Lantas, apa tugas manusia? Melawan sedemikian rupa agar tidak tergoda.Dalam Al-Quran pun sudah dijelaskan dan diwajibkan agar kita tidak boleh sampai tergoda oleh godaan setan.


Lalu, ada yang pernah mendengar setan membunuh sesamanya? Kenapa manusia banyak yang membunuh sesama manusia? “setan kan udah jadi setan, ngapain pada saling bunuh-bunuhan?” Apa hubungannya? Kalau seperti itu jawabannya, saya tanya balik, "memangnya manusia mati jadi setan?" (saya harap anda mengerti)

Pada suatu ketika, saya sempat mendengar ceramah seorang ustadz di mesjid. Beliau bercerita tentang Nabi Ayub yang begitu taat berdoa, beribadah kepada Allah. Dan ketika setan ingin menggoda Nabi Ayub, ia minta izin dulu lho sama Allah. Manusia? Ngambil duit Negara saja nggak izin dulu. (*eh)

Itu hanya beberapa ulasan saja. Dan dari ulasan tadi bukan berarti saya berkata, “oh, iya ya. Setan bener juga. Kalo gitu kita ngikut setan aja yuk” Oh, No!!! Judul artikel ini mungkin kira-kira sama artinya dengan “bebek aja bisa antri.” Kalo mereka yang "rada-rada" pasti akan berpikir, “emangnya gue bebek?” Maksud saya, ini hanyalah untuk introspeksi diri kita masing-masing. Setan saja bisa menjalankan tugasnya dengan baik, kenapa kita enggak? Padahal manusia merupakan makhluk paling sempurna, makhluk paling mulia di muka bumi.


Selamat Membaca…:))

Selasa, 18 Juni 2013

Cerita Kebahagiaan


Serpihan keceriaan tersebar di setiap
gerak lincah mereka, tarikan senyum mereka,
dan lompatan kegirangan yang dilakukan mereka

                   mereka tertawa, menertawakan luka,
                   yang sempat singgah sejenak di hati mereka

Tawanya ringan, seperti kapas,
melayang sambil melambai
kepada duka yang tak digubrisnya

                   “untuk apa menggubris duka, kalau ternyata
                   tawa mampu meniggalkan bahagia?”
                   katanya sambil melanjutkan perjalanannya

“tapi, duka selalu merekahkan senyuman
pada saat yang indah, di masa depan”
timpalnya sambil berjalan riang

                   dan senyuman itu membawa mereka pada suatu tempat
                   tempat dimana duka dan bahagia
                   saling bercumbu mesra

Selamanya, bersama jingga senja,
berbaring menatap langit yang riuh
dengan burung yang hendak pulang

                   ..mereka mencoba mengingat-ingat,
                   setiap tetes lukisan hujan yang mereka buat,
                   basah mengembun dalam kenangan.